14 Januari 2009

Rotary Engine

Ide rotary engine ini sudah dikenal sejak lama (Felix Wankel: 1954), yang mana perbedaan dengan mesin recipro piston biasa adalah tidak perlunya perubahan energi gerak dari gerak lurus piston ke gerak putaran roda. Pada rotary engine ini fungsi piston serta connecting rod atau batang engkol di rangkap oleh rotor yang berbentuk seperti segitiga sama-sisi, dengan bagian tengah berupa roda gigi untuk berputar pada sumbu eksentrik.
Ruang bakar dari rotary engine ini terbentuk antara cavity yang dibuat di permukaan rotor dengan permukaan housing dimana rotor tsb berada. Karena rotor tersebut memiliki tiga sisi permukaan yang mampu dibuat cavity, maka ruangan bakar pada rotary engine ini berputar seiring dengan putaran rotor. Jumlah tiga buah cavity pada rotor ini memungkinkan proses pembakaran terjadi tiga kali untuk setiap putaran rotor.
Karena pendekatan yang berbeda antara rotary engine dengan mesin piston biasa, rotary engine ini memiliki beberapa keuntungan antara lain, trasmisi tenaga yang lebih mulus karena sejak awal tenaga yang terjadi adalah tenaga putar. Memiliki unit power yang tinggi dilihat dari ukuran ruang bakarnya. Perubahan torsi juga terasa lebih halus yang mengakibatkan sedikit getaran. Disamping itu karena mekanisme pertukaran gas tidak menggunakan katup, maka jumlah komponen pada sistem rotary engine jauh lebih sedikit daripada mesin piston.
Namun begitu rotary engine memiliki juga kelemahan yang mendasar yaitu sulitnya menjaga kerapatan ruang bakar, sehingga terjadi kebocoran gas pada sistem sealing-nya. Problem utama pada seal ini terjadi pada ujung atau sudut rotor dan housing. Hal ini mengakibatkan tidak effisiennya bahan bakar, disamping itu secara perbandingan antara luas permukaan dan volume dari ruang bakar, menunjukkan bahwa luas permukaannya cukup besar sehingga gas yang bekerja mengalami pendinginan atau cooling lost yang relative tinggi. Efek langsung yang terjadi adalah banyaknya senyawa hidrocarbon yang tidak bisa terbakar dengan baik pada tiap siklus yang terjadi. Untuk membantu kesempurnaan pembakaran khususnya pada awal reaksi tersebut terjadi, dilakukan juga pemasangan busi lebih dari satu untuk setiap housing.
window.
Produk mobil yang menggunakan sistem ini misalnya Mazda RX-7. Pada Mazda RX-7 ini dipakai dua rotor, sedangkan pada produk mobil yang lain yang juga pernah diproduksi oleh Mazda yaitu Unos Cosmo memakai tiga rotor, produk Unos Cosmo sendiri sudah tidak diproduksi lagi.
Selain aplikasi rotary engine pada sistem mobil, aplikasi yang pernah dilakukan juga meliputi mesin speed-boat, pembangkit listrik, snow mobil, mesin industri pabrik dsb. Selain pembakaran dengan sistem cetus api, sistem diesel rotary engine juga menjadi salah satu penerapan mesin ini, tetapi karena pembakaran diesel memerlukan tekanan yang tinggi, dipakai dua step ruang bakar. Metoda ini pernah dicoba oleh Roll Royce dengan dua buah rotor dalam satu housing, masing-masing rotor untuk tekanan rendah dan rotor untuk tekanan tinggi. Udara yang dimampatkan dengan rotor tekanan rendah, diarahkan ke rotor tekanan tinggi. Lalu pada ruangan untuk rotor tekanan tinggi ini diinjeksi kan bahan bakar sehingga reaksi pembakaran diesel bisa terwujud.

Mesin rotari lebih ringan daripada mesin konvensional yang menggunakan piston. Pada mesin konvensional, gerak vertikal, gerak horizontal, atau gabungan antara keduanya (pada mesin yang berkonfigurasi V) diubah menjadi gerak putar sebelum disalurkan ke roda. Dan, perubahan gerak itu membuat mesin konvensional memerlukan lebih banyak komponen sehingga bobotnya lebih berat. Belum lagi perubahan gerak itu membuat daya yang dihasilkan mesin banyak berkurang. Pada mesin rotari, mesin bekerja dengan gerak putar sehingga mesin lebih ringan karena komponen yang diperlukan tidak banyak dan tidak ada daya yang terbuang sebelum disalurkan ke roda.
Keunggulan mesin rotari adalah menghasilkan performa yang ekstra kuat dari kapasitas mesin yang secara relatif kecil, putaran mesin yang tinggi (sampai 9.200 putaran per menit), dan bobot mesin yang ringan. Pembatas kecepatan, yang ditandai dengan bunyi berdesing, akan bekerja pada 8.500 putaran mesin per menit (rpm). Namun, 8.500 rpm itu dapat dilampaui dengan mudah, tanpa harus menyiksa mesin yang putaran maksimumnya 9.200 rpm

Seperti mesin yang di miliki oleh Mazda RX8,,Mesin dua rotor yang disandang RX8 itu setara dengan mesin konvensional berkapasitas 1.3 Liter, 4 silinder, tetapi menghasilkan tenaga yang setara dengan mesin konvensional berkapasitas besar yang bersilinder enam.Namun, mesin rotari bukan tanpa kelemahan. Karena mesin bekerja dengan gerak putar, maka dengan sendirinya penurunan kecepatan dengan mesin (engine brake) minimal. Menurunkan gigi persneling untuk mengurangi kecepatan mesin tidak banyak gunanya.

berikut ini adalah gambar dari mesin Rotary yang d gunakan pada mazda RX8,,mesin begitu kecil,sehingga banyak menyisakan ruang pada ruang mesin..










berikut ini adalah gambaran dari sistem kerja Rotary Engine..


































berikut ini adalah komponen-komponen dari rotary engine

dari gambar komponen-komponen ini dapat kita lihat perbedaan yang sangat besar antara mesin konvensional dengan mesin rotary,,pada mesin rotary ini kita tidak akan melihat terdapatnya silinder block pada umunya seperti yang terdapat pada mesin konvensional..pada mesin rotari ini juga tidak terdapat piston seperti pada mesin konvensional..